GURU YANG LAPANG, PELAJARAN YANG HIDUP

Today's Inspiration Bagian Keduapuluh Dua

#Teacher’s Inspiration Serial 02

Oleh: Lukman Hakim

“رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ، وَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ، يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ”

Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti perkataanku (Ṭāhā [20]:25-28)

Fordem.id – Di tengah kelas yang penuh dinamika, suara hati seorang guru sering kali memanjatkan doa seperti Nabi Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku.” Sebab mengajar bukan sekadar menyampaikan—tetapi memahami dan menghadapi. Menghadapi karakter yang berbeda, semangat yang naik-turun, dan tantangan yang kadang membuat lidah kelu dan pikiran beku.

Baca Juga:  KESEDERHANAAN ADALAH KUNCI KEBAHAGIAAN

Tapi di situlah letak keindahannya.

Guru yang efektif bukan hanya piawai menjelaskan, tapi juga hadir dengan jiwa yang lapang. Ia tidak hanya mengajarkan pelajaran, tapi menikmati pelajaran itu sendiri. Ia tidak sekadar mengelola siswa, tapi menikmati kehadiran mereka satu per satu, sebagaimana diungkapkan Steele (2022):

“Teachers are enjoying their own lesson and they’re enjoying the students they’re teaching.”

Kesenangan itu menular. Antusiasme itu menghidupkan. Ketika guru mengajar dengan hati yang lapang, urusan jadi ringan, lidah tak lagi kaku, dan yang paling penting: pesannya sampai.

Baca Juga:  MENJAGA LISAN KUNCI KESELAMATAN

Maka, doa Nabi Musa bukan sekadar mantra, tapi fondasi bagi guru pembelajar:

Lapang dada untuk menerima tantangan.

Kemudahan urusan agar tetap fokus pada misi.

Kelancaran komunikasi agar ilmu mengalir.

Dan pengharapan bahwa siswa memahami, bukan sekadar mendengar.

Mari mengajar dengan hati yang lapang, karena dari kelapangan itulah pelajaran menjadi hidup dan bermakna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *