CAPRES KALI INI GURU PILIH SIAPA ?

Opini714 Views

Oleh : Muhammad Sidiq Pambudi

Fordem.id – Pendidikan di Indonesia terus melakukan upaya perkembangan. Tentu tujuannya untuk memperbaiki sistem yang ada sebelum-sebelumnya menyesuaikan perkembangan kebutuhan dan perkembangan zaman. Diwujudkan dengan adanya kurikulum yang terus mengalamai evaluasi bahkan sampai pembaharuan (terlepas dari pro dan kontra terkait perkembangan kurikulum dewasa ini).

Tugas konkrit dilakukan oleh guru dalam mendidik putra putri anak bangsa. Seorang guru menjadi contoh sehingga akan terjadi transfer knowledge. Selain hanya ilmu pengetahuan, perilaku adab, peserta didik akan menduplikasi apa yang dilihatnya.

Dewasa ini pesta demokrasi sedang terjadi di seluruh penjuru negeri. Pada 14 Februari 2024 akan diadakan pemilihan presiden dan lembaga legislatif. Maka setiap tahun menaun juga selalu terjadi dinamika diseluruh sektor kehidupan di NKRI.

Perpolitikan sangat berpengaruh terhadap sosial masyarakat. Sampai pada selisih faham sangat banyak ditemukan di media sosial. mereka sangat kuat dalam mendukung salah satu paslon presiden masing-masing. Beragam argumen yang mulai dari masuk diakal sampai pada taraf diluar nalar.

Baca Juga:  Pilkada dan Kesejahteraan Rakyat, Apa Korelasinya?

Biasanya sebagai seorang guru apa yang menjadi prioritas dalam pertimbangan mereka memilih adalah gagasan dari capres dan cawapres yang peduli kepada Kemajuan pada dunia pendidikan, termasuk kesejahtaraan guru sendiri. Salah satu contih klasik terjadi pada permisalan guru honorer yang puluhan tahun mengajar namun belum memperoleh kesejahteraan semestinya. Isu kesejahteraan guru ini selalu hangat dibahas oleh berbagai unsur masyarakat. Baik ranah akar rumput, pelaku politik, sampai tokoh agama. Pembahasannya pun variatif tempatnya. Mulai dari seminar-seminar, workshop, sampai debat kusir di kolom komentar instagram atau banyak media sosial lainnya.

Lantas apa yang perlu diperhatikan dengan pilihan kita sebagai seorang pendidik mengajarkan ilmu kepada peserta didik kita. Apa hubungannya dengan pilihan calon presiden ?

Sebetulnya siapa saja calon presiden nya adalah mindset kita bagaimana dalam menentukkan. Sebab, masih saja memilih pasangan calon presiden berdasarkan apa yang “orang” katakan. Sehingga akan ada kesan subjektifitas yang mana bukan dari pemahaman pribadi secara objektif. Meskipun dari diri pribadi dikatakan subjektif juga, namun dengan refrensi yang efektif penilaian sendiri akan cenderung pada penilaian objektif.

Baca Juga:  ANTARA AYAHKU, LAMPU DAN TERIAKAN IBU DI PAGI ITU

Berbicara penilaian seharusnya seorang guru tidak hanya refrensi 1 atau 2 saja. Hal ini menjadi pembanding mereka dalam memilih bagaimana calon presiden yang cocok memimpin. Perbandingan ini dapat kita saksikan diberbagai platform telivisi maupun internet seperti media sosial.

Kenapa mencari refrensi sebanyak mungkin sangat penting, penilaian akan lebih efektif. Terhadap penilaian tersebut akan berdampak pada pilihan. Semua apa yang menjadi pilihan tentu saja akan menentukkan secara kolektif siapa presiden terpilih. Kita semua pasti sudah tau berbagai tugas-tugas pemerintah dalam memberikan regulasi peraturan kebijakan-kebijakan guru. Hal ini sangat kita sadari berdampak pada kinerja bahkan mungkin menyenggol kesejahteraan guru.

Kembali ke refrensi pembanding dalam menentukkan pilihan, maksimalkan juga refrensi yang memiliki netralitas tinggi. Sebagai contoh, pertama pada tangga 17 Januari 2024 KPK mengundang ketiga paslon untuk diskusi persoalan penangan korupsi di Indonesia, ketiga paslon memberikan banyak sekali gagasan terkait tema tersebut. Kedua,  debat paslon presiden yang diadakan resmi oleh KPU, atau ketiga, forum pertemuan paslon presiden dengan organisasi masyarakat yang memiliki independensi tinggi maksudnya segala tujuan gerakan organisasi tidak menuju politik praktis. Pada poin ketiga tidak dapat kami paparkan lebih detail apa saja organisasinya. Intinya apa yang menjadi tanggapan organisasi hal ini sebagai refrensi anggota-anggotanya dalam memilih pemimpin terbaik. Tiga contoh yang telah kami sebutkan kami juga berasumsi masih banyak forum-forum lain yang dapat dijadikan refrensi karena memiliki netralitas yang tinggi sehingga diharapkan semakin banyak refrensi yang dapat menguatkan pilihan selain hanya refrensi yang memiliki tendensi ke salah satu paslon

Baca Juga:  Bersaing Menuju 20 Besar, Pelamar Calon Anggota Bawaslu Zona 6 Ikuti Tes Psikologi

Jadi, siapa yang harus dipilih ? tentu saja siapa saja yang mencalonkan menjadi presiden. Selama pemilih telah memaksimalkan refrensi sehingga tidak fanatik berdasarkan subjektifitas semata untuk memilih pasangan calon presiden.

Semoga Indonesia semakin maju dengan masyarakatnya yang memiliki pemikiran maju juga. Dalam lelucon bahasa jawa jangan menjadi orang yang mung adol jere kulak ndean.

Wallahua’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment