Oleh: Imam Sutomo
Membaca salawat itu pekerjaan rutin yang melekat dalam ritual harian muslim, baik dalam salat atau amaliah lain yang tidak terhitung jumlahnya. Lebih bersemangat lagi salawat dilantunkan berjemaah dalam bentuk nyanyian plus iringan tetabuhan bernuansa dangdut. Fenomena lumrah dalam komunitas pecinta, perindu, sahabat, dan ribuan nama lain menggelorakan rasa kangen yang dipasangkan dengan Rasulullah.
Salawat berisi untaian kata singkat sederhana diucapkan dalam suasana bersepi-sepi sendirian sudah dimodifikasi secara berjemaah, atau pajangan panggung dengan hiburan musik. Tradisi masyarakat menikmati salawat dengan berbagai kreativitas dan kapasitas individu untuk menyampaikan pesan kerinduan kepada Rasul.
Pembela sunnah yang kering seni tidak terlalu sulit untuk menjatuhkan hukum halal-haram berdasarkan seperangkat dalil yang dikukuhi, sedangkan penikmat seni yang haus berkreasi ingin menciptakan syair syi’iran baru berisikan puja-puji kepada junjungannya. Lagu Bimbo “Rindu kami padamu ya Rasul” diulang-ulang tak membosankan, baik irama musik maupun syairnya setiap peringatan maulid nabi.
Sedikit berbeda, orang-orang yang memuliakan Rasulullah dengan cara napak tilas peristiwa historis Rasulullah secara langsung di wilayah Madinah. Episode perjuangan Nabi Muhammad saw. masih terekam jejak sejarahnya dan dapat dilihat on the spot, bukan hanya cerita guru di ruang kelas. Jabal Uhud (Gunung Uhud) mirip-mirip Telomoyo, ketinggiannya jauh di bawah gunung kembar Sindoro Sumbing. Bagi muslim, Uhud adalah saksi gugurnya para sahabat Rasulullah yang terbunuh dalam peperangan melawan kelompok kafir Makkah.
Tetes air mata tidak terbendung saat membayangkan kekejaman 3.000 pasukan kafir terhadap minoritas kelompok muslim, bahkan Rasulullah pun luka berdarah dalam perang Uhud. Figur Rasulullah sebagai uswah hasanah, berakhlak karimah dalam tatanan kehidupan sosial, sekaligus komandan sejumlah peperangan saat awal perkembangan syiar Islam.
Masjid Quba, Qiblatain, makam Baqi, dan petilasan lainnya menjadi penghiburan batin jemaah ziarah ke Madinah. Mengaku cinta Rasul dengan ucapan lisan sudah berhak mendapatkan pahala kebaikan, apalagi kecintaan murni mengunjungi tempat bersejarah, dan mengikuti sunnah dalam salat atau doa lainnya dijanjikan bonus pahala berlipat. Masjid Nabawi yang kini terus berubah makin luas area dan keindahannya menjadi destinasi istimewa yang terus dikunjungi muslim perindu Rasulullah.
Dari berbagai situs sejarah yang mengundang penasaran para peziarah berebut waktu di Masjid Nabawi adalah area Raudah (Rawḍah روضة) dan makam Rasulullah serta dua sahabatnya (Abu Bakar dan ‘Umar). Raudah (Indonesia: taman) tidak berupa kebun penuh tetumbuhan dan pemandangan indah, tetapi bekas rumah dan mimbar khotbah Rasulullah.
Padatnya pengunjung masuk ke Raudah perlu dibuat prosedur ziarah dengan aturan ketat, baik jadwal masuk ke lokasi, maupun pembatasan durasi waktu agar bergantian dengan jemaah lainnya. Suasana wingit, angker, seram, mencekam tidak tergambar dalam petilasan di area Masjid Nabawi, tetapi batin pikiran para peziarah dapat larut hanyut dengan imajinasi masing-masing serasa bertemu Rasulullah saat berdoa di area tersebut. Otoritas Umum untuk Urusan Masjid Nabawi memfasilitasi pengunjung melalui aplikasi pendaftaran online kapan waktu ziarah ke Raudah.
Idealita predikat haji mabrur setelah berada di Tanah Air setidak-tidaknya muncul gerak otomatisasi (tanpa pengawasan) secara kolektif, bahkan tanpa komando bergegas sendiri pergi ke masjid 1-2 jam sebelum azan tumbuh kembali sebagaimana saat di dua kota suci. Alumni haji yang berpenyakit angin-anginan, melemah frekuensi ibadahnya di Tanah Air perlu recharged (disetrum kembali) bahan bakar batiniah agar tumbuh lagi kebiasaan disiplin salat berjemaah di masjid seperti di Tanah Suci.
Jika para dai, mubaligh menyeru salat jemaah belum mempan, maka langkah alternatif mengirim alumni haji melalui kegiatan umrah diprediksi 99% berhasil. Dalam konteks ini variabel keuangan menjadi faktor determinan kepastian keberangkatan atau gagal umrah.
Ritual haji dan umrah kini hadir sebagai komoditas baru yang menggiurkan bagi biro perjalanan, seiring dengan meningkatnya gairah keagamaan masyarakat Islam. Umrah yang dapat dilakukan ulang kali dipromosikan dengan gencar untuk membidik berbagai lapisan masyarakat, tidak terkecualikan kelompok lansia yang membutuhkan hiburan spiritualitas. Kakek nenek yang merasakan kebahagiaan rohani dengan kehadiran cucu juga dapat dimobilisasi untuk berdekat-dekat dengan Tuhan tidak hanya pergi ke masjid dan pengajian majelis taklim di lingkungannya, tetapi ditingkatkan kualitasnya berziarah ke tanah suci.
Satu biro perjalanan yang tengah naik daun dengan nama “Ar-Rahmah Tour” siap berkompetisi dengan ribuan biro/agen lainnya dalam menggaet konsumen yang ingin berziarah ke Tanah Suci. Ceruk pasarnya untuk tahap awal bisa fokus area Jawa Tengah sebagai sampel, minimal menumbuhkan kepercayaan publik untuk meraih simpati dalam wujud siap bergabung dalam realisasi program kegiatan.
Karakter selera konsumen yang bersifat praktis dalam ritual ibadah, mendambakan penjelasan wawasan keagamaan yang logis rasional dan adaptif dengan perkembangan teknologi, serta beribadah sesuai sunnah Rasulullah merupakan poin utama yang diinginkan jemaah era sekarang.
Tingkat kepuasan konsumen yang paling awal adalah jaminan kredibilitas biro yang bertanggung jawab dalam pemberangkatan dan kepulangan sesuai yang diiklankan. Sebaliknya, keraguan dan kecurigaan konsumen terhadap biro/travel layanan yang mengobral janji manis dan ujungnya menilep uang seperti banyak kasus biro abal-abal.
Ikhtiar Ar-Rahmah Tour membaca dengan cermat selera konsumen yang memendam rindu dendam ingin bertemu Rasulullah di Kota Madinah. Melalui serangkaian kegiatan yang padat jadwal, para jemaah disibukkan dengan pelaksanaan ibadah di Masjid Nabawi Madinah di bawah bimbingan mutawwif Ust. Zulfikar Zuhriadin dari Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Madinah. “Saya bersyukur dan merasa senang bisa beribadah di Masjid Nabawi dan puassss banget berdoa di Raudah”, penuturan peserta Jepara dengan senyum ceria.
Setiap peserta umrah yang langsung berada di area petilasan Rasulullah memiliki pengalaman spiritual secara individual dan hebatnya mereka berkeinginan mengulanginya sekiranya rezeki bersesuaian. Pengalaman lain yang tak terkatakan adalah absennya pikiran dari hiruk pikuk berita media sosial di Tanah Air, seakan-akan diistirahatkan sejenak dari kompleksitas problem nasional, sehingga pikiran bisa fokus untuk beribadah (sementara).
Dalam kesibukan aktivitas ibadah, ternyata jemaah umrah masih ingat hari-hari penting bagi ormas besar di Indonesia. Di bawah komando Ust. Moh. Saidun jemaah umrah menyampaikan ucapan : “Selamat Milad ke-112 Muhammadiyah, Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.”
Senin, 18 November 2024
*) Red. Fordem.id – Guru Besar UIN Salatiga. Ketua PDM Salatiga 2010-2015, 2015-2022.